Saturday, August 1, 2009

Rossleben 2009

Baru kemaren ini dari tanggal 5-25 Juli 2009, gua dan beberapa rombongan anak Indonesia pergi melancong sejenak ke Jerman. Tepatnya di Rossleben. Mari gua deskripsikan Rossleben!


Jadi Rossleben tuh klo di Indonesia mungkin mirip sama daerah-daerah Jawa deh. Desanya. Bukan kota besar dengan berderet-deret gedung bertingkat, kemacetan tingkat tinggi, serta kawan2nya. Penduduknya pun persis seperti saat gua live-in di Kadisobo sebulan sebelumnya. Orang-orangnya ramah. Bahkan istilah orang barat itu individualis, ga cocok sama sekali buat mereka.


Bukan cuma penduduknya yang ramah. Lebah pun di sana ramah. Saking ramahnya, lebah di sana TIDAK PUNYA SENGAT! Lebih mirip lalat tapi motifnya lebah. Serangga-serangga lain contohnya nyamuk, sangat mengejutkan. Entah malam keberapa gua mau tidur, tiba-tiba gua liat kayak laba-laba lagi jalan di plafon tepat di atas ranjang gua. Dengan maksud membunuh, gua mendekat, tapi gua kaget mendadak! Karena gua liat ada sayap mirip nyamuk di badan laba-laba tadi. Lalu bertanyalah gua pada teman sekamar gua orang Bosnia.


"Itu apaan ya? Kok kayak laba-laba tapi bersayap?" "OOHH ITU MAH NYAMUK!!!"



BUSSSEEEEETTT!!!!! nyamuk KAKINYA DELAPAAAANN..!!!



Selama di sana gua dan kawan-kawan tinggal di sebuah sekolah bekas biara. Namanya Klosterschule Rossleben. Pertama kali gua dateng, jujur gua takut. Tempatnya spooky setengah mati. Mana lebih tua jauh umurnya dibandingkan dengan sekolah gua sendiri. Ditambah gua dapet kamar di lantai 3 (loteng) dan di paling ujung lorong!!! GELAP PULA LORONGNYAAA.. tapi setelah temen-temen sekamar gua dateng dan lorong loteng itu mulai rame. lampu-lampunya nyala jadi makin hari gua ga takut ke kamar sendiri atau berdiam di kamar sendiri.





Dari Indonesia, kami bersembilan orang ditambah satu guru pendamping yang bisa dibilang kurang mendampingi. Yaitu, Meiska Apriliana, Nurul Parvitasari, Maya Juniarti Hegar, Maura Jessiquin Nasarani Putri, Rizky Triandi Pamungkas, Ebed Kharistian Marsudi, Gregorius Ragil Wibawanto, Widia Oktapiani, dan Pipih Nurlatipah. Istilah untuk kami orang Indonesia adalah "RINDU TANAH AIR".

Istilah ini tercetus waktu culturenight salah seorang guru nanya nama grup kita dari Indonesia apa. Tiba2 tercetuslah istilah itu.


Di klosterschule, macem-macem negara yang dateng. Dari asia tenggara, kita ketemu sama VIETNAM!!! :) wow. mereka asik banget! Cuma aja kalo kita berada di bus yang sama dengan mereka, dan mereka mulai berbicara satu sama lain. Yang terbayang adalah kita sedang berada dalam suasana perbelanjaan GLODOK!!!!



Terus ada lagi orang Latin : Argentina, Mexico, Brazil. Mereka2 ini yang paling sering main dan ngobrol bareng kita orang Indonesia. Karena cara mereka main dan bercanda mirip dengan kita di sini. Ada lagi orang Kroasia, Mesir, Australia, Bahrain, Bosnia, banyak deh. Sampe lupa. Pokoknya kita semua ada 89 orang.



Di sana, gua masuk kelas bareng sama 2 anak Indonesia, Nurul dan Pipih. Kelas gua itu isinya ada 20an anak (lupa ;p). Ada yang dari Mesir, Meksiko, Brazil, Argentina, Vietnam, Bahrain, Kazakstan, dan Bosnia. Guru gua di kelas itu aslinya orang Ceko, tapi tinggal di Dresden. Namanya, Johannes Brauburger. Beeeuuhhh..!! Gua ga bisa deskripsiin dia lebih dari kata "MANTAP!"



Tiap hari jadwal kita uda tersusun rapi di sana. Jam sekian, kegiatannya apa. Jam sekian, kegiatannya apa. Awalnya, kita masih susah sesuaiin waktu, namanya juga orang Indonesia. Hahaha. Cuma makin lama kita makin terbiasa dan menikmati. Biasanya tiap jam bebas (ga bebas juga sih, ada kegiatan semacam ekskul), kita anak-anak Indonesia jalan-jalan keliling kota Rossleben. Spot paling sering kita kunjungi adalah SUPERMARKET!!! Gatau kenapa pergi ke Supermarket itu seperti keharusan. Haha. Ga sih. Cuma kayak ada yang kurang kalo ga ke sana. Dan di daerah Klosterschule itu ada 4 Supermarket. Jadi 4 4 nya kita datengin. Abis itu baru deh nongkrong di Alibaba. Itu tempat jual Pizza dan Kebab. Enak banget! Dan makanan paling enaknya itu Hawaian Schnitzel. Wuiiiihhh! Top markotop!!!


Di sana orang Indonesia sangat dihargai dan disayangi. Ga seperti anggapan beberapa orang kalau orang Asia ada di negara-negara barat, akan sedikit disingkirkan. Salah sama sekali!! Kita malah sangat diterima oleh mereka. Contohnya, saat seorang Indonesia tampil dalam acara Rossleben Idol, penonton bertepuk tangan sangaaaaaattt kencaaaanng!! Dan mereka merasa sangat terhibur. Contoh berikutnya, saat kami tampil dalam malam kebudayaan, tepuk tangan meriah ditujukan kepada kami. Dan karena hal-hal itulah muncul sedikit demi sedikit rasa bangga kami terhadap bangsa Indonesia.



Banyak banget yang udah kami lewatin sama-sama. Tiga minggu di sana sangat membuka mata kita tentang dunia. Ga cuma yang lingkupnya sempit tapi juga yang lingkupnya besar. Gimana seorang yang kita anggap seperti tidak punya beban hidup, ternyata dia punya beban yang sangat besar dalam hidupnya (Juanci Maria Generani). Gimana dia sangat kuat menghadapi kehidupannya. Dari situ kami, saya, belajar banyak hal.

Rossleben meninggalkan banyak sekali kenangan buat gua pribadi. Bukan sekedar sahabat yang gua temukan di sana, tapi saudara menurut gua. Suasana kekeluargaan yang sangat kental bisa gua rasakan di sana. Saat-saat mengharu-biru ketika satu per satu peserta kursus pulang ke negaranya masing-masing. Saat tangis menyeruak pukul 3 pagi, mengantar kepulangan saudara kami Argentina dan Bahrain. Saat tangis pun kembali pecah seiring melambaikan tangan kepada saudara kami Mesir dan Brazil di bandara Leipzig. Saat kembali tangis pun harus terurai, ketika kami hanya sekedar mengingat apa yang telah terjadi, dan ketika kami pun anak-anak Indonesia harus kembali ke kota kami masing-masing. Di tutup dengan sebuah lagu yang selalu kami nyanyikan bersama setiap pukul 10 malam, dalam satu rangkul persaudaraan.





"It's a long way to walk, it's a long way to go. Sing me something that I know.."



Durch die Nacht - Olli Schulz

No comments:

Post a Comment